NAMA :
ENENG IIF AFIFAH
NIM :
1406190
A.
Feremnatsi
pada Pembuatan Roti
Praktikum kali ini
adalah tentang fermentasi pada pembuatan roti. Terigu yang kmai gunakan adalah
tepung terigu hard flour maksudnya adalah tepung yang mengandung protein
tinggi, yaitu antara 12 – 14%. Tepung jenis ini merupakan tepung yang
sangat baik untuk membuat berbagai jenis roti yang memerlukan volume besar atau
untuk roti yang dicampur dengan buah atau biji-bijian. Tepung terigu jenis ini
pula, mengandung senyawa gluten yang tinggi. Gluten ini bersifat elastik dan
kenyal, sifat ini dibutuhkan untuk membuat roti agar roti dapat mengembang
dengan baik. Disamping itu jenis hard flour sangat cocok digunakan untuk
pembuatan mie dengan tingkat elastisitas dan kekenyalan yang kuat,
sehingga mie yang di hasilkan akan sangat kenyal (chewy) dan tidak mudah putus
saat di proses atau dimasak. Tepung terigu hard flour akan menjadi tidak
berkualitas jika penggunaannya tidak tepat, karena akan menghasilkan produk
masakan yang tidak sesuai dengan harapan, entah kurang kental, atau kurang
mengembang. Hubungannya dengan fermentasi dalam pembuatan roti adalah ketika
kadar protein yang berada dalam tepung tinggi, berarti waktu untuk fermentasi
yang dilakukan semakin lama. Atau dengan kata lain, semakin lama waktu
fermentasi, maka kadar protein yang berada dalam tepung tersebut semakin tinggi.
Hal ini dipaparkan oleh seorang ahli kimia Denmark pada tahun 1883 dalam jurnal
Teknik POMRES 2014. Dalam penelitiannya, terlihat pada grafik bahwa kadar
protein tertinggi adalah ketika fermentasi 72 jam, dengan semakin lama
fermentasi, maka bakteri asam laktat L. planarum menghasilkan enzim protinage.
Penambahan ragi dalam
pembuatan roti yang kami lakukan adalah untuk mengembangkan adonan dengan memproduksi gas CO2
memperlunak gluten dengan asam yang dihasilkan dan juga memberikan rasa dan
aroma pada roti. (Koswara, 2009). Ragi untuk roti dibuat dari sel khamir Saccharomyces
cereviceae, dengan memfermentasi gula, Khamir menghasilkan gas
karbodioksida yang digunakan untuk mengembangkan adonan. Akibat fermentasi ini,
timbul komponen-komponen pembentuk flavor roti, diantaranya asam asetat,
aldehid dan ester. Aktivitas ragi roti di dalam adonan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain enzim-enzim protease, lipase, invertase dan
maltase, kandungan air, suhu, pH, gula, dan garam (Koswara, 2009). Dan kandungan
dari ragi tersebut yaitu terdapat beberapa enzim diantaranya protease,
lipase, invertase, maltase dan zymase. Protease memecah protein dalam
tepung menjadi senyawa nitrogen yang dapat diserap sel khamir untuk
membentuk sel yang baru. Lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan
gliserin. Invertase memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Maltase
memecah maltosa menjadi glukosa dan zymase memecah glukosa menjadi alkohol dan
karbondioksida. Akibat dari fermentasi ini timbul komponen-komponen pembentuk
flavor roti, diantaranya asam asetat, aldehid dan ester.
Pada praktikum pula kami mendiamkan adonan pada suhu lembab
dengan ditutupi oleh kain basah, hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan Saccharomyces
cereviceae, dengan didiamkan
pada kondisi lembab, akan merangsang
pertumbuhan bakteri untuk melakukan fermentasi
Ukuran/tinggi adonan roti sebelum dan sesudah didiamkan
berbeda,hal ini dibuktikan tingg sebelum 2,5 cm, lebar 9 cm, yang kemudian
tinggi, 3,75 cm dengan lebar 10,5. hal ini karena pada saan inkubasi ragi mulai
aktif bekerja pada gluten hingga bersatu memebentuk rangkaian. Ragi akan
memakan gula sederhana yang terebntuk secara alami didalam tepung. Ragi
kemudian akan melepaskan karbondioksida yang akan menyebabkan adonan membengkak
dan membentuk kangtung-kantung udara.
Lamanya waktu yang dibutuhkan untk mendiamkan adonan disuhu ruang
tergantung pada ragi yang dipakai pada resep.
Ukuran/tinggi roti yang telah dibentuk setelah didiamkan dan
setelah dipanggang berbeda pula, sebelum tinggi 2 cm, lebar 4 cm dan sesudah
tinggi 4 cm lebar 6 cm. Kika alasan didiamkan telah dipaparkan pada paragraph
sebelumnya, dan alasan setelah dipanggang berbeda karena pada saat pemanggangan
aktivitas khamir meningkat, sampai terjadi perusakan khamir karena panas
berlebihanpada tahap ini juga terjadi gelatinasi pati, struktur gluten
mengalami kerusakan karena penarikan air oleh pati. Kemudian terjadi pula
gumpalan gluten yang memberikan struktur cumb. Pada akhir pemabakaran, terjadi
pembentukan crust serta aroma, pembentukan curst terjadi sebagai hasil rekasi
millard dan karamelisasi gula.
Margarin yang ditambahkan berfungsi untuk memberi cita rasa
gurih, mengurangi lemah roti,mempermudah pemotongan, serta dapat memperlunak
kulit roti, berfungsi juga untuk memperpanjang daya simpan, memperkeras tekstur
agar tidak meleleh pada suhu kamar, dan mempertinggi titik didih untuk memenuhi
tujuan pengovenan. Selain itu juga berfungsi sebagai penghantar panas dan
pelarut dan sebagai media reaksi antara gluten dengan karbohidrat. Telur
berfungsi sebagai pengembang adonan, membentuk warna, perbaikan rasa, menambah
nilai gizi, sebagai pelembut atau pengempuk, sebagai penambah aroma dan zat
gizi, telur berfungsi sebagai pengembang adonan, membentuk warna, perbaikan
rasa, menambah nilai gizi, sebagai pelembut atau pengempuk, sebagai penambah
aroma dan zat gizi. Susu, tujuan
pemakaian susu dalam pembuatan produk roti sebagai peningkat gizi. Kandungan gula pada
susu memiliki sifat yang sama, yaitu sebagai pewarna kulit. Protein susu
mengandung banyak lysine (asam amino) yang kurang dalam tepung terigu.
Diharapkan dengan pemberian susu, memberikan gizi yang lengkap. Susu juga
sebagai penambah aroma dan cita rasa. Jenis susu yang ideal adalah susu bubuk
nonfat.
Kaitan marganine, telur dan susu yaitu : Di
dalam kuning telur berfungsi emulsifier, dimana kuning telur ini akan mengikat
minyak yang ada didalam adonan cake/ bolu. Karena kuning telur mengandung
Lecithin, jadi jumlah pemakaian margarine ditentukan oleh banyaknya jumlah
kuning telur yang digunakan karena pemakaian margarine tidak boleh lebih banyak
dari jumlah telur yang ada. Dengan pemakaian kuning telur yang banyak akan
memper halus sel-sel dalam adonan. Susu yang digunakan suatu bubuk jenis skim.
Karena akan memberikan volume yang cukup bagus pada kue yang kami buat dimana
susu yang kami gunakan banyak mengandung protein, sehingga dapat memperkuat
jaringan sel yang terbentuk.
Kualitas Roti Menurut
Standar SNI adalah sebagai berikut :
Kenampakkan
|
Normal, tidak berjamur
|
Bau
|
Normal
|
Rasa
|
Normal
|
Kadar Air % b/b
|
Maksimal 40
|
Kadar Abu % b/b
|
Maksimal 1
|
Kadar NaCl % b/b
|
Maksimal 2,5
|
Serangga
|
Tidak boleh ada
|
Diagram Pembuatan Roti
Penyiapan bahan
Pencampuran
Pengadukan hingga kalis
Pengulenan hingga kalis
Tutup dengan kain basah+hangat (30 menit, pada suhu kamar)
Pembentukan adaonan (diamkan 10 menit pada suhu kamar)
Letakkan adonan pada Loyang (olesi margarine)
Diamkan 30 menit hingga mengembang
Pemanggangan
Kesimpulan :
1. Terigu
hard flour maksudnya adalah tepung yang mengandung protein tinggi, yaitu antara
12 – 14%, tepung jenis ini merupakan tepung yang sangat baik untuk
membuat berbagai jenis roti. Hubungannya dengan fermentasi dalam pembuatan roti
adalah semakin lama waktu fermentasi, maka kadar protein yang berada dalam
tepung tersebut semakin tinggi.
2. Penambahan
ragi dalam pembuatan roti yang kami lakukan adalah untuk mengembangkan adonan. Dan
kandungan dari ragi tersebut yaitu terdapat beberapa enzim diantaranya
protease, lipase, invertase, maltase dan zymase
3. Ukuran roti sebelum dan sesudah
didiamkan akan berbeda, hal ini karena pengaruh dari ragi roti Saccharomyces
cereviceae.
4. Margarine,
susu serta telur memilki pengaruh terhadap proses pengembangan roti pada saat
diinkubasi serta dipanggang, ini akan meningkatkan tinggi roti.
5. Roti yang
sesuai dengan SNI adalah roti yang memiliki kenampakkan normal dan tidak
berjamur, bau normal dan rasa normal, kadar air % b/b maksimal 40 , kadar abu %
b/b maksimal 1, Kadar NaCl % b/b maksimal 2,5 dan tidak terdapat serangga.
Saran :
Kepada para pembaca, dalam pembuatan
roti seperti yang dilakukan saat praktikum kemarin, komposisi dari tiap-tiap
bahan yang akan dugunaka harus sebanding atau sesuai, terutama dalam penembahan
ragi, harus tepat takaran. Dan untuk memperoleh tektur yang dapat mengembang
dengan baik, ketika dalam pengadukannya harus benar-benar kalis, penggunaan
alat-alat juga harus benar-benar bersih agar terhindar dari mikroorganisme
B.
Emulsifikasi pada Pembuatan
Mayonnaise
Dari praktikum minggu lalu diperoleh pengertian mengenai
mayonnaise, mayonnaise merupakan salah satu produk proses elmulsi setengah
padat yang dibuat dari minyak nabati, lemon dan kuning telur serta bahn
tambahan lainnya. Dapat diamati oleh saya mayonnaise berwarna kuning cerah,
aroma agak asam dan sedikit anyir dengan tektur halus dan sangat kental. Mayonnaise
yang kami buat dapat dikatakan cukup baik karena dari segi organoleptik serta
rasa, hamper mendekati rasa mayonnaise komersial
Agar mendapatkan hasil mayonnaise yang baik, maka miyak
sawit yang kami gunakan harus terdispersi, dan air lemonlah yang
mendispersinya. Dalam pembuatan pembuatan mayonnaise kuning telur berperan
sebagai zat penghubung anatra air dan minyak, yang menyebabkan pembentuka
pengelmulsi, hal ini karena pada kuning telur terdapat lipoproteinyang bersifat
koloid, senang air senang air terserap diantaraminyak dan air. Dilihat pada
tabel hasil pengamatan bahwa pH dari mayonnaise 5 hal ini dikarenakan adanya
penambahan air lemon, Penambahan merica pada pembuatana mayonnaise ini akan
memberikan pengaruh terhadap sifat sensoris serta warna yang dihasilkan,
penambahan merica ini juga ikan rasa sedikit asa hangat pada bagian tenggorkan.
Seliain itu kami juga menambahkan garam sebagai pemebri rasa asin, tatapi
sejatinya garam ini memiliki manfaat lain yaitu sebagai penguat emulsi antara
minyak dan air dalam pembuatan mayonnaise. Pada saat praktikum, pengocokan yang
kami lakukanpun searah, dengan kecepatan pengocokan yang cukup konstan,
sehingga teksturnya lebih baik. Pada kelompok kami, karena seluruh alat yang
digunakan cukup steril, maka rasanya pun cukup disukai, daan hampir mendekati
rasa mayonnaise yang biasa dijual dipasaran. Berbeda halnya dengan beberapa
kelompok yang lain, terdapat beberapa kelompok yang rasa mayonnaisenya tidak
disukai dengan masih terdapatnya bau besi yang sangat tajam pada mayonnaise.
Kesimpulan
Mayonnaise adalah system pengelmulsi minyak dalam air.
Sumber asam yang digunakan dalam pembuatan mayonnaise adalah air lemon,
sehingga menghasilkan mayonnaise yang baik, karena konsentrasi asamnya yang
tinggi. Penambahan garam, merica turut memperkuat rasa pada mayonnaise, yang
mempengaruhi warna mayonnaise adalah kecepatan pengocokkan.
Saran
1. Pengocokkan sebaiknya dilakukan oleh
satu orang, agar arah kocokan serta kecepatannya sama.
2. Penambahan minyak sebaiknya
dilakukan secara sedikit demi sedikit secara kontinyu yang diringi oleh
pengocokkan agar emulsi cepat terbentuk.
Daftar pustaka
Purba, Michael. 2012. Kimia untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta.
Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar