Nama : Eneng Iif Afifah
NIM : 1406190
Praktikum
mingggu lalu adalah pemeriksaan mikroorganisme makanan dan minuman kaleng yang
bertujuan untuk mengetahui kerusakan mikrobiologis yang mungkin terjadi pada
kaleng.
Dengan
berkembangnya teknologi pangan mempengaruhi beragam kemasan produk pangan,
salah satunya adalah makanan dan minuman kaleng. Hal ini dikarenakan kemasan
kaleng mempunyai banyak kelebihan, yaitu kaleng dapat mencegah bahan pangan
yang ada didalamnya bebas dari kontaminan mikroba, serangga atau bahan asing
lain karena dikemas secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan
benda asing lainnya). Dalam prosesnya setiap sampel makanan dan minuman kaleng
yang kami gunakan dalam penelitian, telah mengalami proses sterilisasi sebelum akhirnya
didistribusikan ke tangan konsumen, namun sterilisasi yang diterapkan biasanya
adalah sterilisasi komersial, dimana masih memungkinkan spora bakteri patogen
untuk tumbuh. Hal ini sesuai dengan uji mikroorganisme pada setiap sampel, yang
rata-rata sampel tersebut masih terdapan koloni-koloni mikroorganisme.
Berdasarkan
pengamatan setiap sampel, masing-masing sampel berasal dari PT yang
berbeda-beda. Dimana masing-masing perusahaan tersebut dapat berbeda pula
tingkatan sterilisasinya. Hal ini karena masing-masing perusahaan standar kualitas
makanan olahannya yang berbeda. Batas aman konsumsi setiap produk, rata-rata
berkisar 2 tahun dari mulai pembuatan produk. Pada semua sampel dicantumkan batas
tanggal aman konsumsi tetapi sayangnya tidak semua sampel yang mencantumkan
tanggal produksi. Namun karena ada beberapa kemasan yang rusak mengakibatkan
ketentuan batas kadaluarsa yang tercantum tidak berlaku lagi. Komposisi bahan
yang tercantum pada sampel menerangkan bahan-bahan apa saja yang dipakai untuk
pembuatan produk tersebut, sehingga kita dapat mengetahui kansungan gizi dan
kemanannya.
Terdapat
kaleng yang bocor dan penyok seperti pada Yeos Minuman Cingcau, Sari Kedelai
Naraya ABC, serta kaleng Sarden Gaga yang bocor (terbuka), Bold Minute Mide
Pulpy Fruite Bite Orange, Susu Kental Manis Frisian Flag Vanila, dan Beef
Pronas “Kornetku” kemasannya masih dalam keadaan bagus, tidak penyok dan
tertutup rapat.
Setelah
mengidentifikasi komposisi serta keadaan kaleng selanjunta adalah isolasi
mikroorganisme dimana perlakuan dilakukan inkubasi selama 3 hari pada suhu 30°C
(mengetahui ada tidaknya bakteri mesofilik) dan5 hari pada suhu 50°C
(mengetahui ada tidaknya bakteri termofilik).
Bold Minute Mide Pulpy
Fruite Bite Orange. Pada sampel minumam ini tidak dilakukan
pengenceran karena minuman tersebut bahan dasarnya sudah encer serta sampel
tidak mengalami kerusakan apapun, maka dalam langkah uji sampel mikroba ini
kami langsung memasukkan 1 ml sampel kedalam 2 cawan petri yang berisi NA dan masing-masing
diinkubasi pada suhu 30°C dan 50°C.
Setelah
diinkubasi dengan suhu yang berbeda, ternyata tidak ditemukannya koloni bakteri
mesofilik maupun termofilik. Atau dengan kata lain, tidak ada bakteri koloni yg
tumbuh. Ada beberapa hal yang memungkinkan tidak tumbuhnya koloni bakteri.
Seperti proses sterilisasi yang baik dan benar saat pengemasan, serta pada
minuman sari jeruk ini juga memiliki nilai pH yang tinggi, dimana pH ini bukan pH
yang nyaman untuk pertumbuhan mikroba. Dapat dilihat pula pada komposisi
produk, terdapat zat adiktif asam sitrat sebagai peninggi kadar pH yang membuat
produk menjadi berasa asam, penambahan asam sitrat ini juga turut mempengaruhi
pencegahan pertumbuhan mikroorganisme.
Seperti
diawal yang telah saya sebutkan bahwa, beberapa sampel makanan kaleng mengalami
kebusukan kaleng, kebusukan ini dapat disebabkan oleh kapang, khamir dan
bakteri. Produk Yeos Minuman Cingcau, mengalami penyok bagian atas dan bawah,
tetapi tidak bocor, Sari Kedelai Naraya ABC penyok dan bocor dan Sarden Gaga terdapat
lubang pada bagian atas. Keadaan produk yang tidak normal ini mengakibatkan bau
yang menyimpang pada produk, isi makanan hancur, keruh bahkan berair. Sampel
yang rusak ini dilakukan pengenceran 10-4 hingga 10-5 dan
masing-masing dimasukkan 1 ml pada NA dan kemudian diinkubasi pada suhu 30°C dan
50°C.
Yoes Minuman Cingcau
telah dilakukan pengenceran 10-5 pada cawan petri yang
diinkubasi 30°C terdapat koloni yang tumbuh TBUD, mendandakan terdapat bakteri mesofilik yang banyak sedangkan ketika diinkubasi pada suhu 50°C terdapat 8 koloni besar dan 4 koloni kecil yang tumbuh, menandakan terdapat bakteri termofilik.
diinkubasi 30°C terdapat koloni yang tumbuh TBUD, mendandakan terdapat bakteri mesofilik yang banyak sedangkan ketika diinkubasi pada suhu 50°C terdapat 8 koloni besar dan 4 koloni kecil yang tumbuh, menandakan terdapat bakteri termofilik.
Pada
Sari Kedelai Naraya ABC dan Sarden Gaga
hanya diinkubasi pada suhu 30°C dengan pengenceran 10-4 dan 10-5
. Pada kedua sampel yang dilakukan pengenceran 10-4 terdapat
koloni Sari Kedelai Naraya ABC TBUD, dan Sarden Gaga 7 koloni besar. Sedangkan pada
pengenceran10-5, sampel Sari Kedelai Naraya ABC 62 koloni besar dan
Sarden Gaga TBUD. Keberadaan data ini
menandakan terdapat bakteri mesofilik pada kedua sampel, namun jumlahnya lebih kecil
dari pada Yoes Minuman Cingcau. Keberadaan bakteri pada 3 sampel makanan dan
minuman rusak ini memungkinkan bakteri Clostridium botulinum (mesofilik) dan
bakteri Bacillus stearothermophilus (termofilik). Sedangkan pada Sarden Gaga
bakteri yang memungkinkan untuk tumbuh adalah C. sporogenes, C. putrefaciens
dan C. botulinum jika bakteri-bakteri ini kandungannya banyak maka akan
mengakibatkan sarden berbau sedikit busuk dan bumbu menjadi cair.
Corned Beef Proma
"Kornetku" dan Susu Kental Frisian Flag Vanila. Karena
produk kaleng tidak mengalami kerusakan dan isi sampel produk kental maka
dilakukan pelarutan 100 ml aqudes steril terlebih dahulu, namun tidak dilakukan
pengenceran. Pada Corned Beef Proma
"Kornetku" yang diinkubasi
suhu 30°C terdapat 6 koloni besar dan 5 koloni kecil, pada suhu 50°C terdapat 8
koloni besar dan 5 koloni kecil. Susu
Kental Frisian Flag Vanila pada inkubasi
suhu 30°C koloni TBUD dan 50°C 9 koloni besar. Keadaan koloni bakteri-bakteri
ini menandakan bahwa bakteri jenis C. botulinum dan B. stearothermophilus
kemungkinan tumbuh, dan apabila telah melebih masa kadaluarnyanya akan
mengakibatkan kerusakan dengan tingkat kandungan bakteri yang berkelanjutan.
Dari
semua sampel yang telah diamati meskipun batas kadaluarsa masih lama, namun
ketika kaleng telah rusak dianjurkan untuk tidak dikonsumsi. Sebab, bisa jadi
bakteri C. botulinum dapat tetap tumbuh dan dapat menghasikn toksin yang
kemudian bila tertelan akan mengakibatkan keracunan dengan tanda-tanda berupa :
Tenggorokan menjadi kaku, mata berkunang-kunang, kejang-kejang dan bisa
menyebabkan kematian. Perlu diketahui bahwa dosis letal yang baik untuk manusia
adalah 1 mg/kg berat badan. Dari 6 sampel yang kami gunakan dalam penelitian,
semuanya mengandung Bahan Tambahan Pangan seperti penguat rasa, pewarna, dan
lain-lain yang tercnatum pada komposisinya. Keberadaan bahan tambahan makanan
ini turut menjadi faktor keamanan makanan dan minuman kaleng tersebut, sebab
apabila melebihi dosis yang telah ditentukan akan menjadi racun bagi yang mengkonsumsinya.
Ada
3 hal penyebab kerusakan makanan oleh mikroba pada makanan kaleng, yakni :
1). Suhu yang tidak cukup dingin setelah
proses sterilisasi atau disimpam pada temperature tinggi sehingga memberikan
kesempatan spora bakteri thermofilik berkecambah dan tumbuh
2). Suhu pemanasan tidak cukup
tinggi sehingga memberikan kesempatan pada bakteri yang tergolong mesofilik
bertahan dan selanjutnya dapat tumbuh 3). Ada kebocoran kaleng yang
memungkinkan mikroba yang ada dilingkungan, masuk ke dalam kaleng (Ray, 2004)
0 komentar:
Posting Komentar