RSS

STERILISASI DAN PENGALENGAN



Nama              : EnengIifAfifah
NIM                : 1406190
           
PEMBAHASAN
Praktikum minggu lalu adalah tentang sterilisai dan pengalengan yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen beserta sporanya, serta membunuh mikroorganisme non patogen dengan menggunakan uap panas 121°C selama 15-30 menit. Didalam bukunya yang sangat terkenal, Thermobactery in food processing, Prof. Dr. C.R. Stumbo mengatakan bahwa makanan yang dikalengkan secara hermetis (penutupannya sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air, mikroba, atau bahan asing lain) merupakan produk teknologi pengawaetan yang sudah lama sekali.
Pada praktikum kali ini sampel yang kami gunakan ada jenis sayur dan buah, untuk jenis sayur adalah buncis dan untuk jenis buah adalah nenas. Prosesnya persiapan bahan, cutting, washing, pengisian bahan kedalam kemasan, exhausting, serta proses sterilisasi. Dilakukan penambahan medium yaitu berupa larutan gula dan garam (kaldu) tujuannya untuk memberikan penampilan dan rasa yang spesifik pada produk akhir, juga sebagai media penghantar panas sehingga memperpendek waktu proses, serta mengurangi teradinya karat baik pada kaleng, mupun pada tutup kaleng.
Sebelum sterilisasi. Nanas, nenas atau ananas (Ananas comosus (L.) Merr.) adalah sejenis tumbuhan tropis yang berasal dari Brazil, Bolivia, dan Paraguay. Saya mencicipi rasa nenas yang telah dipotong dadu dengan sebelum dan sesudah dicuci dengan air. Nenas sebelum dicuci dengan air rasanya terasa sangat asam dengan tekstur tidak halus, ini menunjukkan bahwa pH nenas sebelum dicuci dengan air memiliki pH yang rendah. Namun setelah dilakukan pencucian serta ditiriskan selama 30 menit membuat rasa nenas tidak lagi terasa sangat asam. Ini menandakan bahwa pH nenas tidak lagi rendah seperti sebelumnya. Hal ini disebabkan karena sifat air yang membuat nenas menjadi lebih basa, asam dalam nenas sedikit dinetralkan, sehingga rasa asam pada nenas sedikit luntur, tekstur nenaspun menjadi lebih halus karena nenas menyerap air. Sebelum disterilisasi nenas yang sudah dimasukkan kedalam jar diisi oleh larutan gula dan diisi penuh dengan menyisakan 1 cm saja ruang hampa pada jar. Adanya penyisaan ruang 1 cm ini berguna supaya ketika terjadi pengembangan isi terdapat ruangan yang dapat ditempati sehingga tidak menyebabkan penggembungan kaleng. Isi kaleng yang terlalu penuh akan menyebabkan kaleng menjadi cembung yang meskipun tidak menyebabakan kerusakan tetapi menurunkan mutunya karena disangka busuk. Disamping itu, adanya ruang hampa tersebutakan berguna untuk merapatkan penutupan kaleng, karena ada waktu uap air mengembun didalam kaleng, maka tekanan didalam ruang hampa menjadi turun, sehingga tekakan atmosfir dari luar akan menekan tutup kaleng dan penutupan menjdai kuat. Pemotongan keseragaman sampel sebelum dimasukkan kedalam kaleng juga bertujuan menghomogenkan penetrasi panas selama prosessing. Pada beberapa bahan pangan yang mudah sekali mengalami pencoklatan maka dianjurkan untuk diblansing trebih dahulu, namun pada praktikum kali ini tidak dilakukan proses blansing, mengingat bahan pangan yang digunakan tidk mudah mengalai pencoklatan  baik saat amupun setelah disterilisasi
Setelah disterilisasi dan disimpan pada suhu ruang dan chiller. Pada hari ke-0, nenas yang sudah masukkan kedalam jar serta disterilisasi mengalami perubahan warna yang semula kuning cerah muda, menjadi kuning cerah saja, hal ini dikarenakan proses pemanasan yang membuat warna daging nenas menjadi lebih kuning dari sebelumnya. Nenas yang telah disterilisasi dan disimpan pada suhu ruang dan chiller, keduanya menjadi sangat manis, hal ini dikarenakan larutan gula telah terserap oleh nenas, sehingga mempunyai pH yang tinggi, hal ini dapat dibuktikan dari cita rasa nenas yang tidak lagi berasa asam serta volume jar yang berkurang. Tekstur nenas menjadi sangat halus, hal ini disebabakan proses pemanasan yang membuat partikel-partikel nenas menjadi hancur. Sayangnya ada beberapa kelompok yang nenasnya menjadi hancur, hal ini dikarenakan sampel nenas sudah sangat matang dan sebelum sterilisasi nenas tersebut tidak direndam dengan air kapur terlebih dahulu. Perendaman dengan air menggunakan air kapur yang jumlah perbandingan volume larutan yang sesuai dapat mengurangi resiko hancurnya sample buah yang lunak dan mudah hancur karena proses pemanasan.
Dilihat dari warnanya, warna nenas menjadi pekat dan tidak berwarna kuning cerah seperti sebelum sterilisasi, perubahan warna ini disebabkan larutan gula yang memekatkan warna nenas, begitupun aroma dari nenas aroma wangi nenas lebih menyengat karena gula dalam nenas mengalami karamelisasi. Kedua sampel nenas baik yang disimpan pada suhu ruang maupun chiller sama-sama masih terasa enak dan layak untuk dikonsumsi. Mengingat hal ini, sample jar yang disimpan pada suhu ruang dapat bercita rasa yang baik dikarenakan penyimanannya yang benar, jar yang kami simpan pada suhu ruang tidak langsung terkena sinar matahari, sehingga sinar ultraviolet tidak menembus langsung kedalam jaringan nenas, dan tidak mengakibatkan kerusakan yang berarti. Hal ini berarti bahwa proses sterilisasi yang telah dilakukan berhasil, hanya saja rasa sampel yang disimpan didalam kulkas menjadi lebih segar daripada yang disimpan pada suhu ruang. Bukan hal yang tidak mungkin, apabila jar yang disimpan disuhu ruang nantinya akan mengalami kerusakan yang jauh lebih besar dari pada jar yang disimpan pada chiller,
Sebelum sterilisasi. Buncis berwarna hijau tua dengan kenampakkan tektur kulit agak halus serta pada bagian dalam daging buah terdapat cairan berupa gel.
Setelah sterilisasi dan disimpan pada suhu ruang dan chliier. Pada hari ke-0, buncis yang telah dimasukkan kedalam kaleng dan disterilisasi mengalami perubahan warna, warna buncis menjadi hijau sangat tua dengan aroma matang buncis, adanya penambahan kaldu membuat rasa buncis menjadi asin. Kaldu ini juga juga sebagai medium penghantar panas pada buncis, sehingga buncis yang disterilisasi menjadi matang. Larutan kaldu pada hari ke-0 ini masih terlihat bening. Pengamatan aroma serta kenampakkan ini kami buka tutpu jar, dengan frekuansi yang agak lama. Buncis yang disimpan 7 hari pada pada suhu ruang mengalami kerusakan flavor, wana serta aromanya. Aroma buncis yang semula aroma buncis matang menajdi bau busuk asam, terjadinya bau busuk asam ini dikarenakan pertumbuhan mikroba yang masuk pada saat pembukaan tutup kaleng pada pengamtan hari ke-0 yang terlalu lama. Timbulnya bau busuk ini juga diakibatkan tumbuhnya spora kapang dibuktikan dengan warna larutan kaldu yang semula jernih menajdi keruh dan pekat. Dari  segi warna, warna buncis menjadi hijau sangat tua dengan kenampakkan tidak segar serta volume heads space yang nenurun pula. Kerusakan-kerusakan pada buncis yang teksturnya berubah lunak, pelunakan ini kemungkinan terjadi over cooking pada waktu exhausting atau sterilisasi yang terlalu lama.Warna mudah berubah ini dikarenakan buncis merupakan salah satu komoditi bahan pangan perishable dengan kulit yang sangat tipis dan memiliki daging yang mengandung gel, sehingga ketika dilakukan pencuian diawal sekali, lalu ditiriskan selama 30 menit akan semakin memudahkan tingakat kerusakan pada buncis selanjutnya. Volume dari masing-masing buncis mengalami penurunan dengan keadaan buncis yang mengapung pada permukaan larutan kaldu. Keadaan ini juga menanadakan bahwa buncis sudah tidak mempunyai vitamin yang lengkap pada daging buahnya. Untungnya buncis yang disimpan disuhu ruang selama 7 hari tidak terdapat busa pada jar, jika terdapat busa pada jar, serta terjadi penggembungan pada tutp jar berarti bahwa telah tumbuhnya bakteri Clostridium botullinum, seperti yang telah diketahui bahwa bakteri ini merupakan salah satu bakteri pathogen, yang menghasilkan racun botulin dapat membahayakan kesehatan manusia karena dapat menyebabkan kelumpuhan dan menyerang syaraf.
Sedangkan buncis yang disimpan pada chiller kualitasnya masih terjaga dengan baik, dengan rasa asin kaldu serta volume dar masing-masing biji buncis tetap untuh dan tidak ada yang mengapung. Hal ini menunjukkan bahwa sebaiknya untuk bahan pangan jenis sayur yang memiliki kulit yang tipis serta daging yang tidak tebal lebih baik disimpan pada chiller, karena pengaruh suhu yang diberikan chiller jauh lebih baik dibandingkan pada suhu ruang. Alhasil bahan pangan yang telah sisterilisasi serta dikalengkan kualitasnya akan tetap terjaga.

KESIMPULAN
1.    Sterilisai dan pengalengan yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen beserta sporanya, serta membunuh mikroorganisme non patogen dengan menggunakan uap panas 121°C selama 15-30 menit.
2.    Nenas yang telah disterilisasi dan disimpan pada suhu ruang dan chiller, keduanya menjadi sangat manis, hal ini dikarenakan larutan gula telah terserap oleh nenas, sehingga mempunyai pH yang tinggi, hal ini dapat dibuktikan dari cita rasa nenas yang tidak lagi berasa asam serta volume jar yang berkurang. Tekstur nenas menjadi sangat halus, hal ini disebabakan proses pemanasan yang membuat partikel-partikel nenas menjadi hancur.
3.    Buncis yang disimpan 7 hari pada pada suhu ruang mengalami kerusakan flavor, wana serta aromanya. Aroma buncis yang semula aroma buncis matang menajdi bau busuk asam, terjadinya bau busuk asam ini dikarenakan pertumbuhan mikroba yang masuk pada saat pembukaan tutup kaleng pada pengamtan hari ke-0 yang terlalu lama. Sedangkan buncis yang disimpan pada chiller kualitasnya masih terjaga dengan baik, dengan rasa asin kaldu serta volume dar masing-masing biji buncis tetap untuh dan tidak ada yang mengapung, karena pengaruh suhu yang diberikan chiller jauh lebih baik dibandingkan pada suhu ruang karena pengaruh suhu yang diberikan chiller jauh lebih baik dibandingkan pada suhu ruang.
SARAN
            Untuk petuugas yang mengalengkan makanan, jangan mebuka terlalu lama bahan pangan yang sudah dimasukkan kedalam kaleng atau jar, jika dilakukan akan menimbulkan kerusakan dalam jangka panjang, baik itu penurunan kualitas yang relatif singkat ataupun tumbuhnya mikroorganisme pathogen. Untuk konsumen, sebaiknya para konsumen yang sering mengkonsumsi bahan pangan yang dikalengkan lebih berhati-hati. Harus selektif dalam mengkonsumsi bahan pangan yang dikalengkan, dengan senanstiasa memperhatikan kerusakan pada bahan kaleng serta batas aman konsumsi.

Daftar Pustaka
Jawetz E. Adelberg EA and Melniek J. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Terjemahan Enugroho E & Maulana RF. Edisi ke-20. Jakarta : EGC

0 komentar:

Posting Komentar