RSS

Pembuatan Inokulum Tempe Skala Lab Serta Pembuatan Ragi Tape



Nama              : Eneng Iif Afifah
NIM                : 1406190

PEMBAHASAN
            Praktikum minggu lalu yaitu tanggal 24 Maret 2015 adalah tentang pembuatan inokulum tempe skala lab serta pembuatan ragi tape. Pada pembuatan inokulum tempe, kami menggunakan sampel beras, dan sumber kapang yang digunakan berasal dari tempe yang sudah jadi yang biasa pasarkan dipasaran yang mengandung jamur Rhizopus sp. Sedangkan pada pembuatan ragi tape kami menggunakan tepung beras dan juga penambahan Saccharomyces cerevisiae.
Pembuatan Inokulum Tempe Skala Lab. Sebagai langkah awal dalam pembuatan inokulum tempe skala lab, kita membuat inokulum beras terlebih dahulu. Inokulum beras yaitu beras yang sudah diolah menjadi nasi sebagai media untuk menumbuhkan kapang. Untuk pembuatan inokulum ini sumber kapang yang kami gunakan berasal dari tempe yang sudah jadi atau disebut juga kultur murni. Pada praktikum kali ini sampel beras dimasukkan kedalam elemeyer dan ditambah air dengan perbandingan 1:1 yang dilanjutkan dengan sterilisasi selama 15 menit. Selanjutnya dilakukan pencampuran dengan kultur kapang. Pencampuran ini bertujuan untuk merangsang kultur kapang Rhizopus sp, sehingga menghasilkan protease yang kemudian dinamakan substrat. Kultur kapang tidak dapat memecah popileptida, tetapi hanya bisa memecah karbohidrat. Oleh karena itu digunakanlah sampel beras yang mana mengandung karbohidrat yang nantinya digunakan oleh Rhizopus sp untuk menghasilkan protease yang nantinya akan memecah rantai polipeptida protein menjadi asam amino. Selanjutnya substrat tersebut diletakkan pada alumunium foil dan diinkubasi pada suhu 30°C.
Sebelum dimasukkan kedalam inkubator, saya mencium sedikit aroma ragi tempe dan aroma beras. Adanya aroma ini disebabkan sampel telah dicampur dengan ragi tempe masih dalam keadaan basah, atau dapat dikatakan, sampel masih memiliki kadar air yang tinggi. Namun setelah dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 30°C selama 3 hari, tidak tercium baik aroma beras atau bahkan aroma ragi tempe. Hal ini dikarenakan kadar air pada sampel menjadi sangat rendah dengan warna beras menjadi tetap putih carang. Adanya warna putih ini merupakan akibat aktifitas kultur Rhizopus sp  yang cenderung tidak menimbulkan perubahan warna. Terlihat pula teksturnya menjadi sangat keras dan bagian dari bulir beras yang satu dengan yang lain saling menempel dan melekat dengan keras. Begitupun ketika dilakukan penaikan suhu 40°C selama 4 hari pada inkubator, sampel tetap sama seperti hari ke-3, namun disini warnanya berubah menjadi sedikit coklat akibat penaikan suhu dan waktu yang digunakan saat inkubator.
Setelah diinkubasi selama 7 hari maka sampel telah berhasil menjadi ragi tempe yang berasal dari nasi karena inokulum dari tempe tersebut telah terfermentasi sejak dilakukannya inkubasi. Terakhir sampel yang telah jadi tersebut diblender. Perlakuan ini bertujuan agar diperoleh tekstur sampel yang halus, namun, tingkat kehalusannya tidak seperti tepung melainkan halus seperti gula pasir pernyaan ini karena sample yang diblender semula berbahan dasar sangat keras sekali. Ragi yang telah jadi ini akan membuat tempe yang dibuat nantinya, menjadi lebih padat dan biji kedelai yang digunakan terlihat kompak. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan ini adalah suhu, kelembapan, proses yang digunakan, serta keaseptisan praktikum saat membuat inokulum.
            Pembuatan Ragi Tape. Ragi tape atau yang disebut sebagai "ragi" adalah stater untuk membuat tape ketan atau tape singkong. (Syarief, 2011). Didalam ragi ini terdapat mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol.
Ragi tape dengan ditambahkan Saccharomyces cerevisiae, tepung beras+bawang putih.  Bahan baku yang kami gunakan pada praktikum ini adalah tepung beras, yaitu bahan pangan yang mengandung kadar pati yang tinggi, dimana proses utama dalam fermentasinya adalah pemecahan pati menjadi gula oleh enzim amilase yang dilakukan oleh kapang dan dilanjutkan fermentasi alkohol. Rempah bawang putih memiliki senyawa allicin. Dari berbagai literatur diketahui bahwa senyawa allicin dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk pada daging, seperti Staphylococcus aurese dan E. coli. Bawang putih memiliki senyawa anti mikroba yg tinggi dibanding sampel rempah lain yang kami gunakan saat praktikum.
Langkah awal adalah pembuatan adonan tepung beras terlebih dahulu yang kemudian ditambahkan Saccharomyces cerevisiae serta bawang putih kemudian adonan dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil. Pada sampel, sebelumnya bawang putih telah dihaluskan dengan ditumbuk terlebih dahulu, pada proses penumbukan bawang putih mengeluarkan minyak astiri berupa cairan, yang kemudian minyak astiri ini bercampur dengan adonan tepung. Sehingga pertumbuhan mikroorganisme yang membahayakan dapat terhambat. Adonan tepung yang telah dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil dan dibiarkan disuhu ruang selama 7 hari tampak perubahan aroma. Pada hari ke-0, adonan masih tercium bau ragi dan bau tepung, namun pada hari ke-4 aroma ragi dan tepung sudah tidak tercium. Teksturnyapun sudah mulai mengeras dengan kenampakkan terdapat filamen-filamen  kapang berwarna orange pada bagian atas. Warna orange ini menandakan bahwa kapang Saccharomyces cerevisiae masih tetap dapat tumbuh pada tepung beras. Namun, keberadaan filamen-filamen jamur pada adonan ini tidak dominan, dan hanya terletak pada bagian atas saja. Hal ini dikarenakan terdapatnya kandungan minyak astiri pada bawang putih yang mengakibatkan pertumbuhan kapang menjadi terhambat. Sementara ragi yang ditambah bawang putih, warnanya putih serta tidak beraroma.
Keadaan adonan ini terbilang baik dan dapat dikatakan bahwa pembuatan ragi tape ini berhasil. Jika ragi tape ini hendak disimpan pada plastik maka akan bertahan 3 bulan, sedangkan ragi dalam wadah tertutup atau di kemas dalam kemasan alumunium foil akan tahan hingga 12 bulan. Ragi yang sudah rusak tidak layak untuk digunakan dalam pembuatan makanan karena sudah tidak dapat berfermentasi lagi
            Ragi tape dengan ditambahkan Saccharomyces cerevisiae, tepung beras+ rempah. Pada praktikum minggu lalu kami juga membuat adonan tepung beras dengan mencampur tepung beras dengan bermacam-macam rempah, diantaranya : bawang putih, cabe rawit, kayu manis, lada,  jahe. Rempah-rempah tersebuat sangat berperan penting, disamping penghambat mikroorganisme tertentu, juga memberikan aroma pada tape yang dihasilkan. Penambahan rempah-rempah yang berbeda akan memberikan perbedaan terhadap warna dan aroma. Rempah yang ditambahi pada sampel rempah akan berwarna totol-totol coklat pada bagian permukaan dengan aroma wangi. Namun sayangnya pada sampel tepung beras yang telah diinkubasi disuhu ruang, justru tumbuh banyak benang-benang kapang berwarna putih pada bagian permukaan atas serta sampingnya. Hal ini dikarenakan jumlah Saccharomyces cerevisiae yang ditambahkan terlalu banyak. Sehingga meskipun ditambahkan aneka rempah yang jelas mengandung minyak astiri dengan perbandingan 1:5. Pada rempah sendiri, tumbuhnya benang-benang kapang ini karena minyak astiri yang dihasilkan beragam. Yang mana kandungan minyak astiri dari masing-masing sampel rempah memiliki kadar penghambat pertumbuhan bakteri yang beragam. Sehingga bisa jadi konsentrat penghambatnya justru malah berkurang. Hal lain yang juga trurut mempengaruhi  adalah udara yang lembap serta wadah yang tidak tertutup rapat. Benang-benang Saccharomyces cerevisiae tetap tumbuh yang memungkinkan penarikan kesimpulan bahwa pembuatan sampel yang ke-2 ini gagal untuk dijadikan ragi. Fungsi penyimpanan adonan pada suhu ruang yang gelap adalah untuk proses fermentasi. Ragi ini berarti ragi gagal atau rusak. Ragi yang sudah rusak tidak layak untuk digunakan dalam pembuatan makanan karena sudah tidak dapat berfermentasi lagi
            Keuntungan dari pembuatan tape ini karena tape mengandung bakteri baik sehingga tape dikatakan sebagai probiotik bagi tubuh. Kemampuan tape dapat mengikat dan mengeluarkan aflatoksin dari tubuh. Mencegah anemia karena mikroorganisme berperan dalam fermentasinya

KESIMPULAN    
1.      Inokulum beras yaitu beras yang sudah diolah menjadi nasi sebagai media untuk menumbuhkan kapang.
2.      Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan inokulum skala lab adalah suhu, kelembapan, proses yang digunakan, serta keaseptisan praktikum saat membuat inokulum.
3.      Ragi tape merupakan substrat bagi berbagai jenis mikroba.
4.      Starter untuk pembuatan tape atau yang lebih dikenal dengan nama ragi tape, dibuat dengan bahan baku tepung beras.
5.      Inokulum tape yang terbaik menurut hasil pengamatan adalah yang menggunakan campuran bawang putih

Sumber
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar