Nama : Eneng Iif Afifah
PEMBAHASAN
Praktikum yaitu
tanggal 17 Maret 2015 adalah tentang pembuatan vinegar yang bertujuan
mengetahui cara pembuatan vinegar jenis dan karakteristik mikroorganisme.
Vinegar merupakan salah
satu komponen masakan yang dihasilkan dari proses fermentasi. Dalam pembuatan
vinegar ini, kami menggunakan sampel jambu biji, belimbing, jeruk, sirsak,
nanas, dan rambutan. Masing-masing sampel diblender terlebih dahulu. Dari masing-masing
sampel yang telah diblender dan telah dipasteurisasi serta dimasukkan kedalam
botolkaca, mengalami fermentasi alkohol dan fermentasi asam asetat. Dimana
fermentasi alkohol ini akan membebaskan gelembung CO2 dalam cairan
yang difermentasikan, setelah sampel ditutup dengan tabung leher angsa pada
setiap botolnya. Jika gas tersebut dibebaskan maka gas yang terperangkap
didalam cairan akan menghasilkan karbonasi alami. Hal ini disebabkan, kami
telah menambahkan Saccharaomyces cerevisiae yang telah diaktifkan dengan air
aquades sebelum akhirnya sampel ditutup dengan labu angsa, sehingga khamir Saccharaomyces
cerevisiae tersebut akan mengubah karbohidrat menjadi gula dan
alkohol (Cahtani 2007). Fermentasinya adalah sebagai berikut : C6H12O6
2C2H2OH +
2CO2. Akibatnya akan muncul gelembung-gelembung pada saluran tutup
leher angsa. Penutupan dengan labu leher angsa ini bertujuan untuk menghalangi
debu dan udara yang masuk kedalam botol tersebut. Proses yang terjadi
selanjutnya pada masing-masing sample adalah fermentasi asam asetat yang mana,
nantinya alkohol yang telah dihasilkan menjadi cuka buah yang bisa digunakan.
Dalam pembuatan
vinegar, wadah atau tempat yang kami gunakan adalah botol yang terbuat dari
kaca. Hal ini disebabkan ketika proses fermentasi akan berubah asam dan asam
disini adalah asam tartarat. Karena sifat asam tersebut, bila wadah penyimpanan
yang digunakan adalah botol plastik, kemungkinan kandungan plastik yaitu
dioksin akan dapat keluar sehingga vinegar yang nantinya akan dikonsumsi tidak
baik untuk kesehatan. Vinegar mengalami proses fermentasi selama penyimpanan
larutan, maka vinegar harus terhindar dari sinar matahari. Hal ini dikarenakan,
jika vinegar terkena sinar matahari langsung dalam penympanannya, maka
kemungkinan kerja bakteri yang nantinya
akan membuat fermentasi dan akhoirnya manjadikan bahan itu tidak beralkohol
atau alcohol tidak bekerja dan kemungkinan yang terjadi yakni kebusukan
sehingga fermentasi yang terjadi akan gagal dan tidak dapat dijadikan vinegar
Setiap
7 hari sekali atau 168 jam sekali, kami melakukan uji kadar asam tartarat dan
asam asetat serta melakukan perhitungan dari kedua uji tersebut dengan
menggunakan fenolftalein yang dilarutkan dengan menggunakan sari buah dari
masing-masing sampel dengan aquades sebagai penetral. Penetralan yang telah
disebutkan, kami juga menggunakan NaOH 0,1 M. Namun disini sampel jambu
dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebanyak 50x dari volume sampel hingga
akhirnya diperoleh kadar asam tartarat dan asam asetat.
Uji
Asam Tartarat. Setelah 14 hari, rata-rata kadar asam
tartarat dari masing-masing sampel
mengalami penurunan, yaitu jambu 3,75%, belimbing 0,1875%, jeruk 3,42%,
sirsak 1,5 %. Namun pada nanas tetap dan rambutan mengalami kenailakan asam
tartarat. Kadar tartarat merupakan senyawa yang dapat memberikan rasa masam
pada buah (Tim Abdi guru 2007). Berdasarkan data hasil pengamatan menunjukkan
kadar asam dari masing-masing sampel menurun. Faktor yang mempengaruhi
perubahan pengukuran uji ini adalah lamanya waktu dan kecepatan waktu yang
dibutuhkan untuk larutan mengalami perubahan.
Uji
Asam Asetat. Dilihat dari tabel hasil pegamatan,
bahwa rata-rata sampel mengalami penurunan kadar asam asetat pula. Jambu sebanyak
3%, belimbing 0,15%, jaruk 6,3%, sirsak 2,198%. Sedangkan untuk sampel nenas
tidak mengalami penurunan sedangkan pada rambutan mengalami kenaikan sebesar
2,52%. Adanya penurunan kadar asam asetat ini dikarenakan asam asetat
teroksidasi dari udara menjadi CO2 dan H2O. Oleh karena
itu, pada hari ke-14 fermentasi dihentikan. Faktor lain adalah karena perubahan
warna pada saat titrasi.
Uji
Organoleptik.
Warna.
Warna
dari masing-masing sampel juga mengalami perubahan akibat proses penyimpanan
selain itu juga karena adanya penambahan khamir Saccharaomyces cerevisiae. Pada sampel jambu pada hari ke-7
berwarna pink muda, dan hari ke-14 pink pucat sedangkan belimbing cokelat muda
menjadi putih keruh, jeruk kuning pucat menjadi kuning pudar. Nanas bening
kekuningan menjadi kuning pucat. Rambutan putih keruh menjadi putih. Namun pada
sirsak tidak terjadi perubahan. Hal ini karena pigmen buah sirsak yang
mendiminasi tidak berubah meskipun telah dilakukan fermentasi.
Bau.
Pada hari ke-7 secara keseluruhan masing-masing sampel didominasi dengan bau
ragi yang menyengat (+++) hal ini karena proses fermentasi yang diakibatkan khamir Saccharaomyces
cerevisiae. Akibatnya bau buah dari masing-masing sampel tertutupi
oleh bau ragi. Pada hari ke-7 aroma buah yang masih dapat tercium hanya pada
sampel jeruk saja, itu pun hanyas edikit. Namun pada hari ke-14 sampel
belimbing dan rambutan aroma buah mulai tercium. Hal ini dikarenakan kadar asam
asetat menurun sehingga aroma buah tercium. Akibatnya fermentasi tersebut
terdapat aroma alkohol yang cukup. Aroma alkohol ini tidak dominan, namun tidak
pula sedikit. Hanya saja pada sampel nanas tidak terlalu tercium. Pada semua
sampel setelah hari ke-14 mulai tercium aroma alkohol.
Kekeruhan.
Pada sampel jambu terlihat kekeruhan yang sangat keruh sekali atau dapat
dikatakan bahwa larutan tersebut sangat pekat. Hal ini disebabakan bagian jambu
yang diblender adalah daging buah yang mana kandungan air pada jambu tersebut
lebih sedikit dibandingkan dengan sampel lain. Sehingga setelah pemerasan dan
penyaringan jambu tetap saja kental. Penambahan gula sebanyak 15% pada
masing-masing sampel juga akan mengakibatkan sampel pada hari ke-7 lebih kental
dari hari ke-14. Betipun halnya pada sampel rambutan dan nanas kekeruhannya
keruh. Berbeda halnya pada belimbing dan jeruk. Seperti kita ketahui bahwa
jeruk dan belimbing memiliki kadara air yang cukuop tinggi, meskipun belimbing yang
diblender adalah buahnya secara keseluruhan dan kemudian diperas, air belimbing
tetap dapat diperoleh dengan baik dengan tingkat kekeruhan sedikit keruh dan
hari ke-14 agak keruh. Air jeruk yang didapatkan berasal dari bulir jeruk yang
diperas hari ke-7 agak keruh dan hari ke-14 keruh. Semua sampel setelah hari ke-14 kekeruhanhya
sedikit berkurang, hal ini disebabkan pemeraman menghilangkan senyawa tannin,
sel-sel ragi, protein, peptide, gum, pektin dan pigmen yang terdapat
didalamnya. Sedangkan pada jambu karena memiliki kadar tannin yang tinggi
mengakibatkan sulit untuk jernih.
Rasa.
Pada setiap sampel baik itu jambu, belimbing, jeruk, sirsak, serta nanas,
memiliki rasa pahit, namun kadar pahitnya berbeda-beda. Kadar pahit ini
disebabkan proses fermentasi fruktosa meghasilkan mannitol, yaitu senyawa yang
mempunyai rasa pahit. Rasa pahit ini juga disebabkan karena suhu yang digunakan
pada fermentasi tidak terlalu tinggi (suhu ruang). Pada semua sampel terkecuali jeruk juga berasa
asam, rasa asam ini diturunkan oleh bakteri-bakteri perusak melalui oksidasi
asam tartarat melalui khamir Saccharaomyces cerevisiae, melalui fermentasi asam tartarat.
Fermentasi gula juga turut memppengaruhu rasa asam ini, karena terbentuknya
asam-asam organik menguap oleh laktat heterofermentat. Namun pada sampel-sampel
tersebut pada hari ke-14 rasa asamnya menurun. Hal ini disebabkan asam-asam organik
yang tidak turut menguap dapat menurunkan konsentrasi asam-asam organik
tersebut dalam cuka. Penurunan rasa asam ini justru menimbulkan rasa asin pada
sampel jambu biji.
Kadar
Alkohol. Kadar alkohol dari masing-masing sampel dari setiap
minggunya berbeda. Dar hari ke-7 sampei ke-14 sampel jambu mengalami penurunan
1°C, belimbing turun 4°C, jeruk naik 3°C, sirsak tidak naik dan tidak turun,
nanas turun 10°C, dan rambutan naik 8°C. Kadar alkohol bisa mempengaruhi adanya
penyerapan panas yang lebih cepat direspon, sehingga hanya membutuhkan suhu
yang sidikit bahkan suhu yang banyak untuk mendidihkanya.
pH.
pH dari masing-masing sampel umumnya tetap dari hari ke-7 dan ke-14 hanya saja
belimbing pHnya naik 1. Kadar pH yang terdapat pada masing-masing sampel antara
3 dan 4 saja.
Berdasarkan pembuatan
vinegar yang telah kami lakukan, vinegar yang berhasil ada beberapa sampel
yaitu jambu, belimbing, sirsak nanas, dan rambutan.
KESIMPULAN
1. Vinegar
merupakan salah satu komponen masakan yang dihasilkan dari proses fermentasi
2. Dalam
pembuatan vinegar, wadah atau tempat yang kami gunakan adalah botol yang
terbuat dari kaca. Hal ini disebabkan ketika proses fermentasi akan berubah
asam dan asam disini adalah asam tartarat. Karena sifat asam tersebut, bila
wadah penyimpanan yang digunakan adalah botol plastik, kemungkinan kandungan
plastik yaitu dioksin akan dapat keluar sehingga vinegar yang nantinya akan
dikonsumsi tidak baik untuk kesehatan.
3. Rata-rata
sampel mengalami penurunan kadar asam tartarat serta kadar asam asetat
4. Terjadi
pula perubahan rasa, bau, warna, kekeruhan, kadar alcohol pada masing masing
sampel yang disebabkan pemeraman, proses fermentasi serta adanya pengaruh dari Saccharaomyces
cerevisiae
5. Vinegar
yang berhasil ada beberapa sampel yaitu jambu, belimbing, sirsak nanas, dan
rambutan
1 komentar:
Maaf mau tanya apakah di UPI membuka layanan uji asam asetat untuk umum?
Posting Komentar