Hay agriners.. kali ini mimin ingin berbagi ilmu tentang freezing and chilling
Nama : Eneng Iif Afifah
NIM : 1406190
PEMBAHASAN
Praktikum yang kami lakukan pada hari
Selasa, tanggal 10 Februari 2015 tentang Chilling and Freezing (pendinginan dan
pembekuan)
1).
Identifikasi Alat Pendingin/Kulkas
Bagian-bagian
kulkas. Dapat diamati dengan kasat mata, kulkas yang kami
gunakan saat praktikum terdiri dari 2 pintu. Saya melihat pintu kulkas tidak
seperti pintu biasa, pada masing-masing bagian pintu terdapat magnet, selain
itu juga terdapat lapisan karet yang menempel, komponen-komponen inilah yang
menyebabkan pintu kulkas dapat tertutup rapat, kuat dan udara didalam kulkas
tetap dingin. Pada bagian luar kulkas, tapatnya dibelakang kulkas ada bagian
mesin yang menyala serta didaerah sekitar mesin tersebut terasa hangat, ini
menandakan bahwa kulkas melepaskan banyak energi panas kedalam ruangan lemari
es.
Pada bagian dalam kulkas terdiri dari
tiga komponen utama. Yang pertama adalah freezer, yaitu bagian atas kulkas yang
berfungsi untuk pembekuan makanan, setelah kami lakukan pengukuran suhu, suhu
freezer ini -15°C. Bahan pangan yang cocok disimpan pada bagian freezer adalah
bahan pangan daging seperti daging sapi,daging kambing, daging ayam, daging
ikan serta produk susu seperti susu segar, mentega. Tidak semua jenis bahan
pangan dapat disimpan kedalam freezer hanya beberapa saja, ini dikarenakan jika
disimpan pada tempat ini justeru makanan akan kehilangan warna, tektur, dan
rasanya yang akibatnya bahan pangan tersebut tidak dapat digunakan lagi. Selain
itu juga, bila semua komoditi disimpan pada freezer (suhu rendah) maka dapat
menyebabkan chilling injury (kerusakan karena dingin).Selanjutnya Chliller,
chiller ini terdiri dari dua bagian yaitu chiller bagian atas yang bersuhu 16°C
dan chiller bawah bersuhu 10°C, fungsinya adalah untuk sekedar menyimpan
makanan pada suhu dingin.
Marleen dalam bukunya pengantar
Teknologi Pengolahan Pangan (2008, hal 53-57) menyebutkan pada chiller bagian
atas tepat untuk menyimpan jenis buah-buahan seperti alpukat, pisang, jeruk
lemon, mangga, melon, nenas, tomat hijau/matang. Sedangakan chiller bagian
bawah, baik untuk jenis pangan sayuran yaitu mentimun, terung, buncis, dan ada
juga beberapa jenis buah seperti melon, jeruk nipis serta jenis danging yaitu
ikan. Begitupun pada chiller, karena setiap bahan pangan memiliki suhu
penyimpanan optimum masing-masing, maka akan baik apabila yang disimpan adalah
bahan pangan jenis buah dan sayuran saja.
Mekanisme
kerja kulkas. Pada praktikum ini saya dapat
menyimpulkan bahwa kulkas berfungsi untuk menyimpan bahan makanan agar tetap
awet dan tidak membusuk. Berikut adalah cara kerja kulkas.
Sistem kerja lemari es dimulai dari
bagian kompresor yang berfungsi sebagai tenaga penggerak. Pada saat dialiri
listrik, motor kompressor akan berputar dan memberikan tekanan pada bahan
pendingin. Bahan pendingin yang berwujud gas apabila diberi tekanan akan
menjadi gas yang bertekanan dan bersuhu tinggi. Dengan wujud seperti itu,
memungkinkan refrigerant mengalir menuju kondensor dan disaring oleh
driger/filter. Pada titik kondensasi, gas tersebut akan mengembun dan kembali
menjadi wujud cair, refrigerant cair bertekanan tinggi akan terdorong menuju
pipa kapiler. Dengan begitu, refrigerant akan naik ke evaporator akibat tekakan
kapilaritas yang dimiliki oleh pipa kapiler. Saat berada di evavorator,
refrigerant cair akan menguap dan wujudanya akan kembali menjadi gas yang
memiliki tekanan dan suhu yang sangat rendah. Akibat dari proses tersebut,
udara yang berada disekitar evaporator akan menjadi bersuhu rendah akhirnya
terkondensasi menjadi wujud cair. Kondisi inilah yang terjadi pada chiller
namun pada freezer akan terjadi berulang-ulang sehingga mengakibatkan uda
tersebut akan membeku dan menjadi butiran-butiran es. Hal tersebut terjadi pada
benda ataupun air yang dengan sengaja diletakan sekitar evaporator.
A.
Wortel
Wortel yang telah diiris dengan bentuk
dadu dan disimpan pada suhu 10°C akan mengalami berbagai perubahan pula. Dari
hasil pengamatan bahwa wortel yang disimpan pada suhu -15°C dengan plastik
tidak dilubangi ternyata kualitasnya jauh lebih baik dari pada wortel yang
disimpan pada suhu 10°C yang plastiknya dilubangi dan ada juga yang tidak.
Penyimpanan sushu 10°C. Wortel A (tidak
dikupas, tidak dicuci dan tidak dibentuk dadu, plastik berlubang) mengalami susut bobot yang lebih banyak ini
karena luas permukaan wortel lebih besar dan penguapan air saat pendinginan
cukup mudah, sehingga uap-uap air itu akan terkumpul dan mengakibaktan hadirnya
air didalam plastik tersebut yang akan mengakibatkan kelanjutan kerusakan
seperti bercak hitam, bau busuk, warna orange pucat dan terkturnyapun tidak
keras dan segar seperti semula. Sedangkan A2 (tidak dikupas, tidak dicuci dan
tidak dibentuk dadu, plastic tidak berlubang) mengalami penyusutan bobot 1 gram
saja dengan tidak adanya bercak hitam pada wortel ini menandakan bahwa wortel
tidak mengalami penguapan yang signifikan sehingga air dalam plastikpun akan
sedikit namun dari segi aroma, wortel
ini tetap beraroma busuk dan berwarna orange pucat meskipun teksturnya tetap
masih keras seperti semula. Wortel B1 (dikupas, dicuci,
dipotong dadu, plastic berlubang) dan disimpan pada suhu 10°C terjadi kerusakan
yang lebih tinggi bila dibandingkan pada wortel yang lain, pada B1 ini tumbuh
juga kapang pada wortel dengan tanda wortel berwarna hijau, aroma busuk dari B1
ini lebih menyengat. B2 (dikupas, dicuci, dipotong dadu, plastic btidak
berlubang) disimpan pada suhu 10°C tidak mengalami susut bobot dan tidak
beraroma busuk, hanya saja tektur nya tidak lagi sekeras seperti semula, tidak
terjadinya susut bobot ini dikarenakan walaupun mengalami respirasi, air yang
menguap tetap berada dalam plastik terebut dan tidak dilepaskan ke lingkungan
luar plastik. Yang terakhir adalah B3 (dikupas, dicuci, dipotong dadu, plastic btidak
berlubang) penyimpanaan pada suhu -15°C, didapati bahwa wortel yang disimpan
pada suhu ini dari segi kualitas, aroma, terksturnya pun tetap seperti semula
yaitu segar dan tetap memiliki tektur yang keras, penyimpanan pada suhu ini
jauh lebih baik dari yang lainnya, hanya saja perlu diperhatikan adalah wadah
yang digunakan berlubang atau tidak, sebab meskipun disimpan pada suhu dingin
(freezer) sekalipun jika plastiknya berlubang akan cepat mengalami perubahan
dari segi tekstur dan kualitasnya dikarenakan terjadi respirasi dan kehilangan
sebagian air dari wortel tersebut.
B.
Tomat
Tomat A1 (plastik berlubang) yang
disimpan pada suhu 10°C mengalami susut bobot sebanyak 4 gram, yang semula
beraroma segar menjadi bau asam dan berair. Sedangkan tomat A2 (plastik tidak
berlubang) yang disimpaan pada suhu 10°C pula, tidak mengalami perubahan dari
segi tekstur dan warna hanya aroma saja yang busuk, adanya aroma busuk ini
disebabkan air yang berada didalam plastik telah lama tersimpan, yaitu selama
tujuh hari dan beberapa mikroorganisme pun tetap dapat tumbuh dengan ciri air
dalam plastik berubah menjadi putih keruh, namun keberadaaanya tidak dapat
terlihat secara kasat mata. Selanjutnya adalah A3 (plastik tidak berlubanag).
Pada penyimpanan ini warna dari tomat tetap seperti semula, terhambatnya
pertumbuhan mikroorganisme menyebabkan kerusakan pada wortel sedikit terhambat
terbukti dengan tektur tetap seperti semula.
Sebelum penyimpanan tomat ini, ada
sedikit kesalahan yaitu kita justeru mencuci tomat terlebih dahulu, pencucian
tomat ini mengakibatkan pori-pori lapisan lilin pada tomat menjadi terbuka sehingga
ketika disimpan pada suhu dingin akan cepat rusak, dan perlakuan yang baik
adalah pada tomat cukup dengan dilap dengan lap kering saja, hal ini
dimaksudkan agar pori-pori pada lapisan lilin tetap terjaga
C. Pisang
Pisang A (plastik berlubang, chiller
bagian bawah 10°C). Sebelum disimpan pada rak kulkas, pisang A yang dimasukkan
dalam plastik berlubang memiliki berat 45 gram dengan kenampakkan kulit tidak
mulus, berwarna kuning segar dan agak sedikit warna hijau pada bagian tertentu,
tekstur lunak, serta memiliki aroma khas pisang. Namun setelah dimasukkan
kedalam rak dan disimpan selama 3 hari terjadi beberapa perubahan seperti susut
bobotnya berkurang menjadi 44 gram, berwarna kuning pucat, memiliki sedikit
bercak cokelat, serta pada bagian tengah pisang teksurnya lebih lunak dari hari
ke-0.
Saya amati, bagian tengah buah pisang A
tepat disimpan simetris pada tengah-tengah
plastik yang dilubangi, menyebabkan tekstur bagian tengah daging pisang
A lebih lunak dari pada pinggirnya. Ini dikarenakan pada bagian tersebut pisang
mengalami repsirasi yang lebih cepat meskipun disimpan dalam chiller.
Penyusutan bobot pada pisang A disebabkan air dalam bahan pangan mengalami
penguapan saat pendinginan.Warna kulit menjadi kuning pucat dikarenakan suhu
penyimpanan yang dingin. Pencoklatan kulit pisang yang disimpan pada suhu
dingin tidak hanya dikarenakan chilling injury melainkan karena adanya senyawa
depomine pada kulit pisang. Ketika menyimpan pisang dilemari es, produksi asam
melabat sebagai akibat suhu dingin dan sebagai hasilnya proses pematangan
daging pisang melambat. Namun dalam suhu dingin keadaan fisik membrane sel
dalam kulit pisang berubah dan menyebabkan kebocoran polyphenoloxidase enzim
yang mengoksidasi senyawa fenolik yang dihasilkan pada vakuola sel, dimana
enzim ini mempolimerisasi senyawa fenolik menjadi senyawa polifenol mirip
dengan struktur melanin yang berwarna coklat seperti kulit manusiam karena
proses inilah menghasilkan warna gelap (coklat) pada kulit pisang.
Sedangkan Pisang B (plastik berlubang,
disimpan disuhu raung). Berat awal pisang B adalah 40 gram, dengan kenampakkan
kulit agak kasar tidak mulus berwarna kuning segar dan memiliki sedikit bercak
hitam, aroma khas pisang dengan tektur lunak Setelah dimasukkan kedalam plastik
berlubang dan dibiarkan disuhu ruang selama tiga hari, terlihat sekali
perubahan-perubahan yang terjadi. Yaitu susut bobotnya menurun menjadi 39 gram,
dengan warna kulit kuning sekali dengan kurang segar, agak kasar, serta terdapat banyak bercak hitam. Aroma
pisang bagian atas yang terbuka sudah berbau busuk serta sangat lunak dan
daging buah berwarna coklat, namun jika diiris bagian tengahnya masih tetap
segar dan layak untuk dimakan.
Seperti halnya pisang A, pisang B
mengalami penyusutan bobot ini dikarenakan hilangnya air pada bahan sehingga
mengakibatkan kerusakan dan juga mengakibatkan penurunan kualitasanya seperti
warna kulitnya menjadi kuning tidak segar. Hanya pada daerah atas buah pisang
saja yaitu pada bagian pisang yang terbuka akibat di pemotongan buah, mengalami
busuk, ini dikarenakan adanya mikroorganisme menempel pada bagaian buah pisang
yang terbuka. Sedangkan pada bagian buah pisang yang lainnya tetap utuh dan
rasa serta aromanya pun masih beraroma khas pisang. Ternyata tekstur buah
pisang B lebih baik daripada buah pisang A. meskipun kerusakan lebih cepat yang
disimpan pada suhu ruang namun dari segi tekstur dan rasa buah, buah pisang
yang disimpan pada suhu ruang ini lebih enak dan tidak lembek dibandingkan
dengan buah pisang A.
Selanjutnya adalah adanya pencoklatan pada
kulit pisang B. Keadaan fisik membrane sel dalam kulit pisang berubah dan
menyebabkan kebocoran polyphenoloxidase enzim yang mengoksidasi senyawa fenolik
yang dihasilkan pada vakuola sel, dimana enzim ini mempolimerisasi senyawa
fenolik menjadi senyawa polifenol mirip dengan struktur melanin yang berwarna
coklat seperti kulit manusia karena proses inilah menghasilkan warna gelap pada
kulit pisang, proses ini terjadi secara kontinyu sehingga pada kulit pisang
yang disimpan pada suhu ruang enzim polyphenoloxidase akan semakin cepat
mengoksidasu senyawa fenolik akibatnya terdapat banyak bintik-bintik hitam dan
coklat.
D.
Mentimun
Mentimun
A1 yang tidak dikemas dan disimpan pada suhu 10°C mengalami perubahan dari
warna mentimun yang tadinya hijau terang menjadi keriput dengan warna hijau
namun dengan warna tidak lagi segar, hal ini karena respirasi pada mentimun
terus berlangsung terhadapdan melepasakannya ke lingkungannya langsung.
B2
(plastik tidak berlubang) dan B3 (plastic berlubang) warna, taktur serta aroma
tetap seperti semula. Aroma segar, tektur keras, dan arna tetap hijau. Tidak
terdapat tanda-tanda kerusakan pada mentimun karena bagian buah mentimun
sendiri memiliki kadar air yang rendah dibanding tomat, dan pisang, akibatnya
meskipun disimpan pada suhu 10°C dan -15°C tetap tidak berubah. Menurut
hipotesa saya dari sekian penelitian yang dilakukan, perlakuan penyimpanan
bahan pangan yang dikemas pada plastik berlubang sebaiknya disimpan pada
freeer, dapat dilihat hasilnya pada uji coba mentimun.
E.
Daging
A1
(tidak berlubang, freezer) diperoleh daging sedikit berair, namun tidak berbau
busuk, serat dagingpun sudah tidak terlihat lagi
A2
(berlubang 10°C) tidak berair, berabu amis, dengan tektur nya sangat lunak,
tektur ini disebabakan karena bahan pangana dagingpun tetepa mlakukan respirasi
didalam plastic yang berlubang.
Pada
daging yang dikemas pada B dan B3 tidak terjadi perubahan yanag signifikan,
karena daging dikemas dengan cukup udara disekitranya. B2 (sterofom ditutupi,
freezer) tidak bearer dan tidak berbau amis namun tektur tetap keras dan warna
pucat. Warna yang pucat ini disebabkan disimapan pada suhu yang dingin,
B3
(sterofom ditutupi, 10°C) warna daging pucat dan tekturnya sangat lunak. Dari
perlakuan perlakuan ini daging yang disimpan pada freezer lah yang masih
barkwualitas baik. Ini dikarenakan suhunya -15°C sehingga prtumbuhan
mikroorganismepun terhamabat.
Kesimpulan
1.
Kulkas berfungsi untuk menyimpan
bahan makanan agar tetap awet dan tidak membusuk.
2.
Tidak semua bahan pangan dapat disimpan
pada freezer, karena abahan pangan sendiri memiliki aktivvasi enzim yang bebeda
sehingga perlu mendapat perhatian dalam proses penyimpanannya
3.
Penurunan berat pada bahan
panganyang didinginkan disebabkan karena air di dalam bahan pangan tersebut mengalami
penguapan selama penyimpanan
4.
Pada setiap jenis bahan pangan yaag
dikemas berbeda dan disimpan berbeda akan mengalami perubahan (kerusakan) bahan
pangan yang bebeda pula, sekalipun waktu penyimpanannya sama.
0 komentar:
Posting Komentar