RSS

Laporan Praktikum Pengamatan Daging dan Ikan (Pengetahuan Bahan Agroindustri)

Hello agriners !! Mimin pengen berbagi ilmu dengan kalian, Kali ini mimin ingin berbagi mengenai laporan praktikum Pengamatan Daging dan Ikan, eittsss jangan kemana-mana yaa, semoga bermanfaat ;)) aamiin



NAMA           : ENENG IIF AFIFAH
NIM                : 1406190

DAGING
1). Pengamatan Karakteristik Fisik Daging
PEMBAHASAN
            Pada Pos ini dilakukan Pengamatan Karakteristif Fisik daging, pengamatan ini dilakukan secara subjektif terhadap warna, dan keempukan daging sapi dan ayam. Kami memeperoleh hasil bahwa warna daging sapi dan ayam sebelum dimasak, secara relative warnanya merah, hanya saja warna merah daging sapi lebih merah (merah pekat) dibanding dengan daging ayam (agak pink). Warna merah pada daging ini tenyata dikarenakan adanya kandungan mioglobin pada daging yang merupakan pigmen utama warna pada daging itu sendriri, perbedaan kadar mioglobin inilah yang akan menyebabkan perbedaan intensitas warna daging. Setelah proses perebusan daging warna daging sapi akan berubah menjadi warna coklat sedangkan warna ayam berwarna putih pucat. Perubahan warna ini merupakan warna khas daging segar yang dimasak. Warna dari daging ini ditetntukan oleh spesies, jenis kelamin hewan, umur, fisik hewan, serta bagaimana cara dan lamanya penyimpanan daging itu sebelum dimakan. Pada praktikum yang kami lakukan, daging yang diamati adalah daging yang masih sangat segar sehingga warnanyapun masih tebilang baik dan tidak adanya perubahan warna dari warna daging asli (awal)
            Selanjutnya adalah pengamatan subjektif terhadap keempukan daging. Pada daging sapi keempukannya relatif lebih keras dibanding dengan daging ayam (daging ayam kenyal). Perbedaan ini tegantung pada jenis spesies hewan.

2). Pengukuran WHC dengan metode Sentrifus
PEMBAHASAN
            Pengukuran Water Holding Capacity (WHC) atau daya mengikat air merupakan kemampuan daging untuk mengikat airnya. Kami mngukur WHC ini dengan memasukkan 2,5 g sample serta 2,5 ml aquades kedalam tabung sentrifuge yang dikatehui beratnya, kemudian menginkubasinya. Setelah diinkubasi barulah dipisahkan berat daging dari campuran dan kemudian ukur volumenya. sehingga didapatkan berat daging akhir serta voleume air akhir  yang diserap. Kemudian baru pengukuran WHC. Nilai presen WHC ayam yang paling kecil terdapat pada tabung ke-1 yaitu 13,04348% sedangkan nilai yang paling besar terdapat pada tabung ke-2 yaitu 25%. Pada  daging sapi data yang diambil yaitu pada tabung ke-4 dengan nilai 14,81481%. Besar kecilnya WHC ini menandakan bahwa bila daya ikat air (WHC) rendah akan mengakibtkan nilai susut masak yang tinggi

 3).  Pengukuran Kadar Abu
PEMBAHASAN
            Selanjutnya  adalah pengukuran kadar abu, ini untuk menentukan banyaknya kandungan mineral pada daging. Ini karena abu merupakan residu sari suatu bahan pangan berupa bagian anorganik yang tersisa setelah bahan organik dalam makanan tereduksi. Untuk menetukan kadar abu maka kita melakukan metode pengabuan dengan menggunakan tanur. Pada cawan yang telah didapat sebagai W2, dikeringkan pada oven dengan suhu 525°C kemudian tunggu sampai memutih. Kemudian cawan didinginkan pada desikator dan kemudian ditimbang sebagai W3. Didapatlah  kadar abu ikan mas sebanyak 4,870% , ikan nila 4,83%, ikan patin 2,783%, daging ayam 4,54%, daging sapi 2,943%, dan cumi-cumi sebanyak 2,748%. Sehingga dapat dilihat bahwa kadar abu yang paling tinggi yaitu pada ikan mas sebanyak 4,870% maka kandungan mineral pada ikan mas lebih banyak, dan kadar abu yang paling rendah yaitu pada cumi-cumi 2,748% maka kandungan mineral pada cumi-cumi lebih sedikit. Kandungan mineral yang dimaksud kami adalah kandungan seperti banyaknya asam organik dan asam anorganik. Selisih pada presentase kadar abu ini tidak terlalu signifikan namun hanya tipis saja. Pada praktikum pengujian kadar abu ini, kami melakukan kesalahan yaitu sample yang kami timbang sebagai W3 tidak sepenuhnya menjadi putih seperti abu, hanya hitam saja. Semua ini karena waktu yang tersedia kurang cukup untuk sampai menunggu smple yang diuji benar-benar menjadi putih. Namun, dengan belajar dari kesalahan semoga penghitungan kadar abu yang selanjutnya akan baik dan benar serta tepat


IKAN
1). Hasil Pengamatan Struktur Fisik hasil Perikanan
PEMBAHASAN
            Pembahasan hasil praktikum selanjutnya adalah tentang ikan. Pada POS ini kami melakukan pengamatan terhadap Struktur Fisik Hasil Perikanan. Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang berasal dari hewan dan hidup dalam air. Pengamatan pada pos ini dilakukan secara subjektif, yaitu kami mengamati sampel ikan secara langsung sehingga dapat dilihat warna, bentuk tubuh dan struktur bagian dalam atau daging. Terlihat sekali perbedaan warna kulit pada setiap masing-masing ikan. Pada ikan mas segar warnanya hitam mengkilap,  nila segar warnanya pucat, patin segar warnanya abu, udang warnanya putih pucat, cumi-cumi pink keunguan, mas tidak segar hitam pucat, nila tidak segar hitam pucat, patin tidak segar merah darah. Perbedaan warna ini karena ikan-ikan yang diamati tersebut berasal dari jenis spesies ikan yang berbeda-beda.
            Bentuk fisik ikan yang kami amati juga berbeda. Pada ikan mas berbentuk pipih, ikan nila berbentuk pipih pula, serta ikan patin pipih agak panjang. Sedangkan bentuk fisik udang berbentuk C, dan cumi-cumi berbentuk silinder puncak. Pada ikan, meskipun bentinya bermacam-macam, namun setelah disayat dengan/secara melintang, bentuk bagian dalam nya akan nampak simetris.
           
2). Tabel Hasil Pengamatan Menghitung BDD
PEMBAHASAN
Pada pos ini kami menghitung BDD (berat yang dapat dimakan). Pada pos ini terlihat bahwa dari setiap masing-masing ikan memiliki bagian daging yang bisa dimakan dan tidak bisa dimakan, seperti ekor ikan, tulang ikan, dan atau bahkan kepala ikan, bahkan kulit seperti pada udang. Setelah kami menyayat dan  memisahkan bagian-bagian ikan yang bisa dimakan serta tidak bisa dimakan, maka kami akan mendapatkan presentase berat daging terhadap berat utuh. Menghitung BDD yaitu dengan cara : (berat yang bisa dimakan/berat utuh × 100%)
Masing-masing sample ikan memiliki presentase yang berbeda-beda terhadap berat utuhnya, ini tergantung pada banyaknya bagian-bagian yang nantinya tidak bisa dimakan. Presentase berat daging terhadap berat utuh dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan, ikan mas segar memiliki 32,80%, nila segar 34,15%, Patin segar 94,49%, udang 53,68%, dan cumi-cumi 91,54%. Dari hasil tabel tersebut menyatakan bahwa patin segar memiliki nilai presentase yang paling besar diantara sample ikan lainnya. Ini karena pada bagian kepala ikan patin segar sudah tidak ada pada saat ditimbang oleh kami. Ikan patin segar yang kami uji tersebut hanya memiliki bagian tubuh dan ekornya saja, sehingga memungkinkan saat di uji berat presentasenya lebih besar. Sedangkan pada cumi-cumi memiliki 91,54% presentase. Berdasarkan pada tebel bahwa cumi-cumi memiliki BDD ke-2 terbesar diantara sampel yang lain. Namun perlu diketahui bahwa, sebenarnya cumi-cumilah yang memiliki nilai DBB terbesar diantara sample yang digunakan. Sebab, pada cumi-cumi tidak memiliki tulang belakang ekor ataupun kepala seperti ras ikan, sehingga pada bagian daging cumi-cumi akan jauh lebih banyak BDD nya daripada samlpe ikan yang lain. Selanjutnya adalah ikan nila segar dengan 34,15%, presentase ini menunjukkan bahwa kurang dari setengah bagian ikan yang bisa dimakan. Selanjunya yang terakhir adalah ikan mas segar dengan 32,80%. Ikan mas segar memiliki nilai BDD yang paling sedikit dibandingkan dengan sample ikan yang lainnya. Ini karena bagian ikan mas akan cukup banyak yang terbuang saat dimakan, seperti kepala ikan, ekor ikan, bagian dalam ikan, serta tulang ikan.
Maka dari pada itu besar kecilnya BDD pada setiap jenis sample ikan akan sangat tergantung pada bagian dari tubuh ikan itu sendiri, sperti bagian tubuh, kepala ikan, ekor ikan, bagian dalam ikan,serta tulang ikan.

Uji Kesegaran Ikan
1). Tabel Hasil Pengamatan Subjektif

PEMBAHASAN
            Pembahasan selanjutnya adalah uji kesegaran ikan secara subjektif dan objektif kualitatif. Pada pembahasan kali ini saya akan membahas terlebih dahulu uji kesegaran ikan dengan pengamatan secara subjektif. Didapat hasil yang diperoleh yaitu sesuai pada tabel pada hsil pengamatan.
            Uji kesegaran dari warna, warna ikan yang baik atau segar yaitu warna dari setiap masing-masing ikan bening dengan sesuai dengan jenis ikan, ikan nampak cemerlang. Ikan yang sudah tidak segar akan berwarna pucat, tidak bening lagi (kusam) bahkan warnanya sampai ada yang kekuningan. Pada tabel sendiri terlihat data bahwa ikan mas segar memiliki warna hitam mengkilap, nila segar hitam agak pucat, patin segar abu, udang puti pucat, cumi-cumi pink keunguan, mas tidak segar hitam pucat, nila tidak segar hitam pucat, patin tidak segar merag darah. Warna-warna yang berbeda pada masing-masing ikan ini dikarenakan ras ikan yang berbeda. Sedangkan apabila dilihat dari mata, pada tebel hasil pengamatan didapat bahwa ikan yang segar memiliki mata yang jernih, yaitu mata yang cemerlang dengan mata ikan masih cembung sedangkan pada ikan yang tidak segar, matanyapun tidak segar yaitu mata ikannya redup, tenggelam dan tertutup lendir.Sedangkan pada udang karena bentuknya yang kecil, keadaaan matanya kurang jelas untuk dapat diamati. Namun, secara umum udang yang masih segar matanya akan berbentuk bulat, hitam, mengkilat
            Uji kesegaran ikan dari kelengkapan tubuh. Struktur tubuh dari setiap sample ikan yang diamati semuanya lengkap terkecuali pada ikan patin, baik pada sample ikan patin segar maupun tidak segar. Pada bagian tubuh yang lengkap dengan masih memiliki kepala ikan, kita akan dengan mudah mengamati kondisi insang pada ikan, yang selanjutnya akan menjadi salah satu parameter kita sebagai pengkonsumsi ikan, apakah ikan yang kita akan konsumsi masih segar atau tidak. Karena pada ikan patin bagian kepalanya telah dipotog, kita nantinya hanya bisa melihat kesegaran ikan dari segi aroma, tekstur, bagian perut serta pada sisik ikan. Pada struktur bagian dalam daging ikan semuanya masih lengkap, terdapat bagian dalam ikan. Hanya saja dalam pengamatan kami pada ikan yang tidak segar perutnya sedikit menggelebung, ini dikarenakan adanya gas pembusukan pada bagian dalam perut ikan. Adanya gas pada perut ikan yang tidak segar ini menunjukkan bahwa ikan sudah tidak lagi segar, atau bahkan bisa dibilang bahwa ikan ini kandungan nilai gizinya menurun, hal ini karena sudah lamanya usia ikan yang mati sehingga kurang layak untuk kita konsumsi. Diamati pada teksturnya Pada ikan mas segar maupun tak segar , teksturnya kenyal sedangkan pada ikan nila dan patin baik tak segar maupun segar teksturnya sangat kenyal. Semua jenis ikan terkecuali udang dan cumi-cumi teksturnya lentur, dan saat ditekan semua sample ikan dagingnya cepat pulih ketempat semula (bersifat elastis).  Pada udang dan cumi-cumi tekturnya empuk sehingga ketika ditekan lama untuk kembali seperti semula. Keadaan ikan berdasarkan tektur ini menandakan ikan masih layak untuk dikonsumsi walupun ada yang sudah tidak segar. Uji kesegaran ikan dilihat dari kulit. Pada ikan mas segar, nila segar, dan patin segar memiliki sisik ikan yang rapih, kami amati saat praktikum sisik kulit ikan masih menempel kuat sedangkan pada ikan mas tidak segar, nila tidak segar, dan patin tidak segar, memikili sisik yang kasar dan tidak lengkap (banyak sisik yang lepas). Udang tidak memiliki sisik melainkan kulit yang biasa disebut juga cangkang, cangkang udangnya melekat cukup kuat pada dagingnya, dan tidak berlendir, sedangkan pada cumi-cumi kulitnya sangat tipis. Dilihat dari insang. Pada ikan mas segar, nila segar memiliki insang yang berwarna merah sedangkan pada ikan mas tidak sgegar nila tidak segar insangnya berwarna merah pucat. Sedangkan pada ikan yang msih segar bau ikan akan tercium bau amis, sedangkan bau ikan yang tidak segar bau amis dan sangat anyir. Untuk udang dan cumi-cumi sendiri tidak dapat ditentukan kesegarannnya dengan insang, karena insang keduanya tidak terlihat/tidak dapat diamati dengan jelas oleh mata.

2). Hasil Pengamatan Kualitatif (Uji Eber)
            Pengujian ini dilakukan dengan bakan kimia reagen eber, dengan memasukkan 3-5 ml eber pada tabung ulir dan kemudian memasuukkan irisan kecil sampel danging ikan kedalam larutan  tersebut. Setelah dilakukan uji eber yaitu dengan Ikan mas, ikaan nila dan ikan patin, baik yang segar maupun yang tidak segar, semuanya terbentuk gas putih, hal ini menunjukkan adanya kandungan NH3 hasil pembusukan . Gas putih yang dihasilkan, ini menunjukkan bahwa keadaan ikan kurang bagus atau kurang layak layak dikonsumsi.

KESIMPULAN
-          Warna merah pada daging dikarenakan adanya kandungan mioglobin pada daging yang merupakan pigmen utama warna pada daging itu sendiri. Setelah perebusan warna daging akan berubah, warna ini merupakan warna khas daging segar setelah direbus
-          Pada berbagai daging hewan memiliki keempukan daging yang berbeda tergantung dari spesies hewan itu sendiri
-          Pengukuran Water Holding Capacity (WHC) atau daya mengikat air merupakan kemampuan daging untuk mengikat airnya . Besar kecilnya WHC ini menandakan bahwa bila daya ikat air (WHC) rendah akan mengakibtkan nilai susut masak yang tinggi.
-          Nilai presen WHC ayam yang paling kecil terdapat pada tabung ke-1 yaitu 13,04348% sedangkan nilai yang paling besar terdapat pada tabung ke-2 yaitu 25%. Pada  daging sapi data yang diambil yaitu pada tabung ke-4 dengan nilai 14,81481%.
-          Pengukuran kadar abu untuk menentukan banyaknya kandungan mineral pada daging. Kadar abu yang paling tinggi yaitu pada ikan mas sebanyak 4,870% maka kandungan mineral pada ikan mas lebih banyak, dan kadar abu yang paling rendah yaitu pada cumi-cumi 2,748% maka kandungan mineral pada cumi-cumi lebih sedikit
-          Pengamatan struktur fisik ikan dapat dilihat dari warna, bentuk tubuh. Dalam menghitung BDD pada ikan dapat dihitung dengan cara (berat yang bisa dimakan/berat utuh × 100%). Perhitungan ini menunjukkan banyaknnya bagian ikan yang dapat diamakan Banyaknya presentase BDD dari setiap sample berbeda-beda.
-          Maka dari pada itu besar kecilnya BDD pada setiap jenis sample ikan akan sangat tergantung pada bagian dari tubuh ikan itu sendiri, sperti bagian tubuh, kepala ikan, ekor ikan, bagian dalam ikan,serta tulang ikan.
-          Dalam uji kesegaran ikan dilakukan dengan 2 pengamtan yaitu secara subjektif dan Pengamatan Kualitatif dengan Uji Eber.
-          Pada Uji kesegaran ikan dilihat dari aspek warna, keadaan mata, kulit, tekstur, sisik, insang dan aroma ikan. Dengan itu, kita dapat menentukan kualitas ikan apakah ikan masik segar atau yidak, layak untk dikonsumsi atau tidak. Sedagkan uju eber pengujian dengan bahan kimia reagen eber yang hasil akhirnya menunjukkan adanya gas NH3 atau tidak. Pada setiap samlpe terdapat gas putih sebagai tanda adanya kandungan gas NH3 yang menunjukkan bahwa keadaan ikan kurang bagus atau kurang layak dikonsumsi.



Semoga bermanfaat yaa agrinersss ^,^

0 komentar:

Posting Komentar